Budidaya Belut | Cara Budidaya Belut | Cara Ternak Belut

Bookmark and Share

BUDIDAYA BELUT 

cara budidaya belut, budidaya belut dalam drum, bibit belut, budidaya belut pdf


BUDIDAYA BELUT SAWAH UNTUK KONSUMSI

Budidaya belut memang belum banyak dilakukan secara kultur di kolam-kolam karena belut dianggap kurang diminati konsumen. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini belut sudah banyak dilirik oleh pelaku agribisnis. Pada artikel pendek ini, hanya akan dibahas budidaya belut sawah untuk konsumsi, dengan masa budidaya selama 2-3 bulan.

BUDIDAYA BELUT

DESKRIPSI BELUT SAWAH

Di Indonesia dikenal ada tiga jenis ikan yang disebut dengan belut. Ketiga jenis ikan tersebut adalah Monopterus albus Zuiew, Synbranchus bengalensis Mc. Clellland, dan Macrotema caligans Cantor. Monopterus albus Zuiew di Indonesia dikenal dengan sebutan welut, lindung. Sementara itu, Synbranchus bengalensis Mc. Clellland, di Indonesia dikenal dengan sebutan kirai. Sedangkan Macrotema caligans Cantor di Indonesia dikenal dengan istilah belut.

Ketiga jenis belut di atas termasuk dalam Family Synbranchidae dan Ordo Synbranchoidea. Dari ketiga jenis belut tersebut, Monopterus albus termasuk dalam jenis belut sawah yang sering dijumpai di lahan-lahan persawahan.

Tubuh belut sawah berbentuk bulat panjang seperti ular, tetapi tidak memiliki sisik. Belut sawah memiliki sirip punggung serta sirip dubur. Sirip-sirip tersebut berbentuk lipatan-lipatan kulit tanpa jari sirip.

Belut sawah tergolong binatang hermaprodit protogyni. Daur hidupnya dimulai dari masa juvenil (hermaprodit), berkembang menjadi belut betina, selanjutnya masuk dalam masa inter-sex, kemudiian berkembang lagi menjadi belut jantan.

SISTEMATIKA BELUT SAWAH :

Kingdom       Animalia
Sub-kingdom  Metazoa
Phyllum          Chordata
Sub-phyllum   Vertebrata (Craniata)
Class               Pisces
Sub-class       Teleostei
Ordo              Synbranchoidea
Familia           Synbranchidae
Genus            Monopterus
Species         Monopterus albus

BUDIDAYA BELUT

LINGKUNGAN HIDUP BELUT SAWAH

Belut sawah hidup di daerah persawahan dan parit-parit sawah. Belut sawah hidup di daerah lumpur atau tanah becek sampai kedalaman berkisar 10 cm dengan cara menggali lubang seperti terowongan berliku dengan pola sarang menyerupai huruf U. Belut sawah menyukai media dingin sebagai tempat tinggalnya. Suhu optimal saat budidaya belut sawah berkisar antara 21 – 27 derajat celsius. Apabila mengalami kenaikan temperatur air, maka belut sawah akan meninggalkan tempat tersebut. Belut sawah mampu hidup di perairan dengan kandungan oksigen terlarut rendah, karena belut sawah selain bernapas menggunakan insang juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa lipatan-lipatan kulit tipis dalam rongga mulutnya.

KANDUNGAN GIZI BELUT SAWAH per 100 gram

Belut selain rasanya enak dan banyak mengandung vitamin, juga mengandung kalori tinggi. Dalam 100 gram belut, mengandung kalori 303 gram, protein 14 gram, lemak 27 gram, kalsium 0,02 gram, besi 0,001 gram, vitamin A 1,6 gram, vitamin B1 0,0001 gram, vitamin C 0,002 gram serta mengandung air 58 gram.

BUDIDAYA BELUT SAWAH

Budidaya belut sawah tidak diperlukan persyaratan khusus seperti budidaya ikan lainnya. Budidaya belut sawah dapat dilakukan pada kolam kecil maupun besar. Bagian dasar dan dinding kolam sebaiknya dibuat permanen.

Bak Budidaya Belut Sawah

Bak yang digunakan untuk budidaya belut sawah berukuran panjang 3m, lebar 1 m, kedalaman 1,2 m dimana sedalam 0,7 m berada dalam tanah, tujuannya agar media bak selalu dalam keadaan dingin.

Media Budidaya Belut Sawah

Media budidaya belut sawah disusun dari bawah ke atas meliputi lumpur sawah, jerami, pupuk kandang fermentasi, pelepah pisang, dedak halus, lumpur sawah. Susun media tersebut tersusun hingga ketebalan 40 cm. Setelah tersusun media digenangi dengan air dengan ketinggian 60 cm dari dasar kolam, selama kurang lebih 1 bulan. Tujuannya agar proses pelapukan berjalan sempurna. Sesekali dilakukan penggantian air agar media memperoleh oksigen terlarut cukup. Disamping itu penggantian air juga bertujuan untuk menghilangkan buih-buih hasil pelapukan. Untuk mengontrol apakah proses pelapukan sudah sempurna atau belum dapat dilakukan dengan memasukkan jentik-jentik nyamuk dalam media. Apabila jentik-jetik nyamuk tersebut mati, berarti proses pelapukan belum sempurna.

Setelah bak beserta medianya budidaya belut sawah selesai dipersiapkan dan dinyatakan proses pelapukan sudah sempurna, maka penebaran belut dapat dilakukan.

Pemijahan Belut

a. Pemilihan Induk Belut

Induk yang akan dipijahkan di dalam kolam sebaiknya telah memenuhi syarat ukuran badan. Induk betina memiliki panjang di bawah 30 cm, dan induk jantan sekitar 40 cm. Pada ukuran tersebut biasanya induk sudah siap kawin. Komposisi induk di dalam kolam adalah 1 induk jantan dan 2 induk betina untuk tiap 1 m² kolam.

b. Pemantauan Pemijahan Belut

Untuk mengetahui kapan induk belut bertelur, kolam pemijahan harus diperiksa. Jika di permukaan kolam sudah terdapat gelembung-gelembung busa, berarti pemijahan akan segera dimulai. Agar memudahkan penangkapan benih nantinya, bagian yang berbusa diberi tanda dengan menancapkan bambu atau kayu kecil. Busa ini akan menghilang setelah 10 hari. Itu berarti belut telah selesai kawin. Telur-telur yang dihasilkan akan menetas dalam waktu 10 hari kemudian.

Selanjutnya, benih belut yang sudah berumur 5 hari sebaiknya segera diambil untuk dipisahkan dari induknya. Pengangkatan benih dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan serokan yang berbahan halus. Setelah benih diangkat, induk pun diangkat untuk diistirahatkan dalam kolam penampungan induk. Di kolam penampungan, induk diberi makan cincangan daging bekicot, keong emas, gedebog pisang, ikan, anak kodok, belatung, atau cacing tanah agar tetap terpelihara dan sehat. Jumlah pakan yang diberikan per hari sebanyak 5% dari berat tubuh belut.

Kolam pemijahan disiapkan lagi untuk pemijahan berikutnya. Caranya dengan menaburkan pupuk kandang berupa kotoran sapi atau ayam dengan ketebalan 10 cm. Pemupukan ini bisa ditambah dengan dedak halus atau serpihan jerami. Induk betina pada periode pemijahan sebelumnya dapat dipakai sebagai induk jantan, sementara induk jantan tidak perlu dipakai lagi sebab sudah tidak potensial. Induk ini sebaiknya dijual atau dikonsumsi saja.

B. Pemilihan Benih Belut

Kualitas benih memegang peran penting dalam menunjang kesuksesan budidaya belut. Untuk itu, sebaiknya hanya benih berkualitas yang dipilih untuk didederkan. Benih berkualitas memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
  1. Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus atau tidak ada bekas luka gigitan.
  2. Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
  3. Penampilannya sehat yang dicirikan dengan tubuh yang keras, tidak lemas jika dipegang.
  4. Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecokelat-cokelatan.
  5. Usianya 2-4 bulan.

Budidaya Belut Tahap I

Pada budidaya belut tahap I, benih yang ditebar berukuran 5 – 8 cm dengan padat penebaran 150 ekor/m2. Setelah dua bulan dipelihara benih belut sudah berukuran 15 cm. Belut siap dikonsumsi sebagai belut kering (goreng tepung) atau dipelihara pada pemeliharaan tahap II. Belut ukuran ini sangat sulit ditangkap karena sudah bisa membenamkan diri dalam lumput. Cara penangkapannya dengan memasang perangkap (bubu) yang dipasang berderet sebelum pengeringan.

Budidaya Belut Tahap II

Pada budidaya belut tahap II, benih yang ditebar adalah hasil dari budidaya belut tahap I, yaitu belut ukuran 15 cm dengan padat penebaran 25 ekor/m2. Untuk membantu pertumbuhan, perlu diberikan pakan tambahan berupa cacing tanah, bekicot, atau sisa-sisa dapur. Setelah dua bulan, belut sudah berukuran 25 – 20 cm. Belut ukuran ini siap untuk dikonsumsi, selain itu juga paling banyak dicari konsumen.

Pakan Pada Budidaya Belut Sawah

Budidaya belut sawah dalam jangka waktu kurang dari 4 bulan tidak memerlukan pakan tambahan karena belut sudah cukup memperoleh makanan dari media yang dibuat. Tetapi untuk menjunjang pertumbuhannya, pemberian pakan tambahan seperti di atas bisa dilakukan. Pemberiannya jangan berlebihan. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai jenis, kuantitas, serta kualitas pakan belut sawah.

PANEN | BUDIDAYA BELUT SAWAH

Panen belut sawah dilakukan dengan mengambil lumpur media budidaya belut. Dengan pengambilan lumpur, maka belut akan merasa terancam, dan menyingkir ketempa lain yang lebih aman. Setelah lumpur habis maka belut sawah tinggal diambil untuk dipindahkan ke wadah penampungan.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar